Klikwarta.com, Bandung – Untuk menjalin silaturahim Keluarga Besar Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung melakukan kunjungan ke Yayasan Islam Kaaffah, Pondok Pesatren Srahtarjuningrahyu Kiarakuda, Ciawi Tasikmalaya, Rabu (29/01/2020).
Rombongan Keluarga Besar FSH UIN SGD Bandung yang dipimpin oleh Dekan FSH, Dr. H. Fauzan Ali Rasyid, M.S.i didampingi Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. H. Syahrul Anwar, M.Ag, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Dr. H. Ateng Ruhendi, M.Pd, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama, Dr. H. Aden Rosadi, M.Ag, disambut santriwan, santriwati sejak masuk lingkungan Pondok Pesantren.
Dekan beserta rombongan diterima langsung oleh Sesepu Pondok Pesantren, KH. Drs. Ade Daruttahqiq, MM, MH., yang didampingi Prof. Dr. H. M. Anton Atoillah, MM. Sesepuh Pondok, KH. Ade mengucapkan terima kasih atas kehadiran keluarga besar Fakultas Syariah dan Hukum di Pondok Pesantren. “Saya atas nama Pondok Pesantren mengucapkan ahlan wasahlan, mudah-mudahan kunjungan ini dapat mempererat tali silaturahim dan ukhuwah Islamiyah dalam menegakan dinul Islam,” tegasnya.
Pondok Pesatren Srahtarjuningrahyu Kiarakuda ini berada dibawah Yayasan Islam Kaaffah yang menyelenggarakan proses belajar mengajar mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyyah (MTS), sampai Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). “Jumlah santri mukim ada 200 orang dan jumlah siswa ada 2000 orang, dengan kategori mukim sekolah di luar Pesantren, mukim sekolah di dalam Pesantren dan tidak mukim sekolah di dalam Pesantren,” paparnya.
Mama KH. Abdul Barri Sastrapradja rintisan pendiri Pesantren Kiarakuda pada tahun 1912 di Cikarees, KH. Mabrur A’id Sastrapradja, SH bin KH Abdul Barri Sastrapradja, Pendiri Yayasan Islam Kaaffah pada tahun 1962 di Kiarakuda dengan sebelumnya (sebelum tahun 1962) ada kunjungan dari Buya Hamka.
“Kami ini merupakan generasi keempat dari Pesatren Kiarakuda, yang pertama Mama KH, kedua KH Mabrur, ketiga, KH Drs. Machdum Almunawar, keempat, KH, Ade. Alhamdulillah sejak berdiri Pesantren sangat kuat memegang falsafah cikur, keberadaan pesantren harus tetap berjalan. Ibarat cikur, pada saat musim kemarau tidak ada daunnya, tetapi tetap hidup dan pada saat tiba musim hujan, cikur timbuh subur dengan daun yang indah dan biji yang besar,” jelasnya.
KH. Drs. Ade Daruttahqiq, MM, MH., merupakan Ketua Badan Hisab dan Rukyat Tasikmalaya.Pondok Pesantren memiliki alat teropong hilal penentu 1 syawal, pemberian dari Bupati Tasikmalaya, Ade Sugianto yang didukung dengan fasilitas Pos Observasi Bulan. Selama ini pihak Pesantren mengandalkan keahlian untuk membantu umat Islam dalam menentukan awal dan akhir bulan pada saat memasuki Ramadhan.
Dekan FSH menuturkan kunjungan ke Pondok Pesantren Kiarakuda ini dalam rangka merawat persaudaraan dengan guru dan salah satu dosen Fakultas Syariah. “Alhamdulillah, kita bisa melakukan napak tilas kepada guru kita, KH. Mabrur. Dengan melakukan kunjungan ke Pesantren ini diharapkan dapat menjali silaturahim diantara kita, sehingga tidak terputus tali persaudaraan di keluarga besar Fakultas Syariah dan Hukum, khususnya antara murid dengan guru atau mahasiswa dengan dosen,” paparnya.
Menurutnya, acara kunjungan ini sebagai ikhtiar FSH dalam membudayakan akademik, “Kita berada pada posis sekarang ini karena berkat ilmu yang didapat dari guru-guru kita. Walaupun sudah meninggal, dengan melakukan kunjungan ini kita mengingat jasa, perjuangan guru kita, sudah selayaknya kita belajar menghormati guru beserta keluarganya,” pungkasnya. (rls)
–
Noted : Artikel ini diambil dari klikwarta.com dengan link [klik]. Dipubilkasikan kembali dengan tujuan publikasi dan pendidikan.